Respon Kapolri Dengan Band Sukatani Benarkah Mereka Diintimidasi?

banner 468x60

Jurnal Republik-Jakarta. Band punk asal Purbalingga, Sukatani, baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah merilis lagu berjudul “Bayar Bayar Bayar”. Lagu ini mendapat perhatian luas karena liriknya yang dianggap mengkritik aparat kepolisian dengan menyebutkan kata “bayar polisi”. Reaksi masyarakat pun terbagi; ada yang menganggapnya sebagai kritik konstruktif, namun tak sedikit yang merasa lagu tersebut berpotensi memicu kontroversi.

Menanggapi hal ini, pihak band Sukatani mengeluarkan pernyataan permintaan maaf atas lirik dalam lagu tersebut. Mereka menyampaikan bahwa tujuan dari lagu tersebut bukan untuk merendahkan institusi kepolisian, tetapi lebih sebagai bentuk protes terhadap sistem yang ada. Meskipun demikian, band tersebut akhirnya menarik lagu tersebut dari peredaran setelah mendapatkan tekanan dari berbagai pihak.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Dalam respons terhadap kontroversi ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa Polri terbuka terhadap kritik yang disampaikan dengan cara yang baik. Ia juga menekankan bahwa kepolisian tidak akan menindaklanjuti masalah tersebut sebagai tindak pidana, mengingat bahwa kritik adalah bagian dari kebebasan berekspresi yang dilindungi oleh hukum.

Namun, penarikan lagu tersebut memunculkan perdebatan mengenai kebebasan berekspresi di Indonesia. Beberapa organisasi hak asasi manusia, seperti Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), menyayangkan sikap yang diambil terhadap band Sukatani. PBHI menilai langkah ini sebagai bentuk intimidasi terhadap karya seni dan sebuah pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi yang dijamin oleh konstitusi.

Diskusi ini membuka perdebatan lebih lanjut mengenai batasan kritik terhadap aparat penegak hukum dan kebebasan berekspresi di Indonesia. Hal ini juga menjadi titik tolak bagi masyarakat untuk mempertimbangkan kembali pentingnya keseimbangan antara kebebasan berpendapat dan penghormatan terhadap institusi negara, agar ruang ekspresi tetap terbuka lebar tanpa mengabaikan rasa saling menghormati antarwarga negara.

Profil Band Sukatani dan Lirik Bayar…Bayar…Bayar….

Sukatani adalah duo band punk new wave asal Purbalingga, Jawa Tengah, yang dikenal karena lirik-lirik kritis dan aksi panggung yang unik. Band ini terdiri dari dua personel: Novi Citra Indriyati, yang dikenal dengan nama panggung Twister Angel, sebagai vokalis, dan Muhammad Syifa Al-Lutfi, alias Alectroguy, sebagai gitaris sekaligus produser. Selain berkarier di dunia musik, Novi juga berprofesi sebagai guru di sebuah Sekolah Islam Terpadu di Purwareja.

Sukatani aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan hidup, sering menyuarakan isu-isu pertanian dan kesejahteraan petani melalui karya-karya mereka. Mereka kerap membagikan sayuran kepada penonton saat tampil, sebagai simbol dukungan terhadap sektor agraria.

Pada 24 Juli 2023, Sukatani merilis album debut mereka yang berjudul “Gelap Gempita”, yang memadukan genre post-punk dengan nuansa new wave khas tahun 80-an. Salah satu lagu dalam album tersebut adalah “Bayar Bayar Bayar”, yang mengkritik praktik korupsi di kalangan aparat penegak hukum.

Lagu “Bayar Bayar Bayar” sempat viral di media sosial karena liriknya yang tajam dan penuh sindiran. Namun, pada 20 Februari 2025, melalui akun Instagram resmi mereka, Sukatani menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri dan institusi Polri terkait lagu tersebut, serta mengumumkan penarikan lagu itu dari semua platform berbayar.

Berikut adalah lirik lagu “Bayar Bayar Bayar” oleh Sukatani:

Bayar Bayar Bayar

Bayar… bayar… bayar…
Untuk bisa aman
Bayar… bayar… bayar…
Untuk bisa lancar
Bayar… bayar… bayar…
Untuk bisa lepas
Bayar… bayar… bayar…
Untuk bisa bebas

Bayar… bayar… bayar…
Untuk urus ini
Bayar… bayar… bayar…
Untuk urus itu
Bayar… bayar… bayar…
Semua harus bayar
Bayar… bayar… bayar…
Sampai kapan bayar?

Lirik ini mencerminkan kritik terhadap praktik korupsi dan pungutan liar yang sering terjadi dalam birokrasi dan penegakan hukum. Meskipun telah ditarik dari peredaran, lagu ini telah meninggalkan jejak sebagai bentuk protes sosial melalui musik. ( Emha )

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *