Oleh: Martinus Laba Uung ( Aktivis Sosial, Analisis Kebijakan Publik )
Jurnal Republik – FOLU Net Sink 2030 bukan sekadar jargon lingkungan, melainkan komitmen konkret Indonesia untuk mengendalikan emisi gas rumah kaca (GRK) dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Program ini merupakan strategi jangka panjang yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021, yang menjadikan sektor kehutanan sebagai penyimpan karbon utama dengan pendekatan carbon net sink.
Dengan pendekatan ini, Indonesia berupaya menyerap emisi karbon lebih banyak daripada yang dilepaskan, sebagai langkah besar menuju Indonesia Emas 2045.
Visi Indonesia Emas memerlukan perjuangan besar untuk mencapainya. Proses ini tidak mudah, karena berbagai tantangan muncul dari kebijakan, pelaksanaan, dan sumber daya yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, keberhasilan program ini sangat bergantung pada keterlibatan berbagai pihak, termasuk peran aktif para kader muda Indonesia. Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebagai partai yang digandrungi oleh generasi muda, memainkan peran penting dalam gerakan ini, melalui tim kerja gabungan Operation Management Office (OMO) Indonesia Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030.
PSI Berperan Aktif dalam Mewujudkan FOLU Net Sink 2030
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memiliki peran strategis dalam keberhasilan program ini. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang juga Sekretaris Jenderal PSI, bertanggung jawab memastikan kesuksesan FOLU Net Sink 2030.
Salah satu langkah utamanya adalah memastikan bahwa dana bantuan dari Pemerintah Norwegia sebesar 100 juta dolar dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebelumnya, dana ini hanya terpakai sekitar 25-26 persen, yang sangat disayangkan mengingat urgensi penanganan masalah lingkungan.
Mengutamakan Kepercayaan dan Kompetensi dalam Penyusunan Tim FOLU Net Sink
Dalam penyusunan tim kerja FOLU Net Sink, Menteri Kehutanan menekankan dua hal krusial: kepercayaan dan kompetensi. Kepercayaan diperlukan agar tim dapat bekerja secara sinergis dan efektif dalam mencapai target, sedangkan kompetensi memastikan program dijalankan dengan profesionalisme dan berbasis data serta riset ilmiah.
Oleh karena itu, kombinasi kader PSI dan para ahli lingkungan menjadi pilihan utama dalam menjalankan program ini.
FOLU Net Sink: Solusi Besar untuk Emisi Karbon Indonesia
Sebagai strategi utama untuk menekan emisi karbon, FOLU Net Sink 2030 mengusung empat pendekatan utama:
1. Menghindari deforestasi untuk menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.
2. Konservasi dan pengelolaan hutan lestari untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
3. Perlindungan dan restorasi lahan gambut untuk mengurangi pelepasan emisi karbon yang tinggi.
4. Peningkatan serapan karbon melalui rehabilitasi lahan dan peningkatan ruang hijau.
Selain itu, ada 15 aksi mitigasi yang dirancang, seperti pengurangan laju deforestasi, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi mangrove, dan pengembangan hutan adat serta perhutanan sosial. Program ini tidak hanya akan memberikan dampak positif bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Norwegia: Mitra Strategis dalam Transisi Ekonomi Hijau
Norwegia, sebagai mitra internasional, berinvestasi dalam program ini sebagai bagian dari komitmen global untuk menjaga keseimbangan ekosistem dunia.
Norwegia telah lama menunjukkan keseriusannya dalam isu lingkungan, seperti dengan lebih dari 80% mobil penumpangnya yang sudah bertenaga listrik sejak 2022 dan pengelolaan limbah kota yang sangat baik. Investasi mereka di Indonesia mencerminkan dukungan terhadap upaya Indonesia untuk bertransisi menuju ekonomi hijau.
Kolaborasi Lintas Sektor dalam FOLU Net Sink 2030: Kunci Keberhasilan
Langkah cerdas PSI dalam mendukung program FOLU Net Sink 2030 harus diapresiasi sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada keterlibatan aktif masyarakat, akademisi, dan sektor swasta.
Untuk mencapai target besar ini, beberapa hal harus diperjuangkan, antara lain:
1. Optimalisasi pemanfaatan dana bantuan agar program berjalan efektif dan transparan.
2. Penguatan regulasi dan penegakan hukum untuk melindungi kawasan hutan dari eksploitasi ilegal.
3. Edukasi dan kesadaran masyarakat agar lebih banyak individu dan komunitas yang berpartisipasi dalam program lingkungan.
4. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan organisasi internasional untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
Dengan langkah yang tepat, FOLU Net Sink 2030 dapat menjadi tonggak sejarah penting dalam lingkungan hidup Indonesia. Program ini bukan hanya untuk memenuhi komitmen global dalam pengendalian emisi GRK, tetapi juga sebagai investasi bagi generasi mendatang dalam mewarisi bumi yang lebih hijau dan sehat. Indonesia tidak boleh tertinggal dalam gerakan ini. Bersama, kita bisa wujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan!
(AR)