Mudik, Tradisi Baik Kembali Ke Asal dan Saling Memaafkan

banner 468x60

Jurnal Republik, Bandung – Mudik (mulik disik atau mulih ke udik), dalam bahasa Sunda disebut balik ka kampung merupakan tradisi unik sekaligus ciri khas. Yuk, kenali mudik dan seperti apa suasana Kota Bandung saat mudik lebaran

Menjelang akhir Ramadan, Kota Bandung mulai dipenuhi dengan suasana khas mudik Lebaran. Jalan-jalan utama mulai ramai, terminal dan stasiun dipadati pemudik, dan pusat oleh-oleh dipenuhi warga yang bersiap membawa buah tangan ke kampung halaman.

Bagi masyarakat Bandung, mudik bukan sekadar perjalanan pulang, tetapi juga momen penuh makna yang erat kaitannya dengan budaya, kebersamaan, dan nostalgia.

Istilah dalam bahasa Sunda seperti “mulang ka lembur” (pulang ke kampung halaman) atau “silih hampura” (saling memaafkan) menggambarkan bagaimana mudik bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan leluhur.

Bandung sebagai kota urban modern juga mengalami fenomena unik saat musim mudik. Banyak warga yang mudik keluar Bandung ke kampung halaman mereka di daerah lain di Jawa Barat seperti Garut, Tasikmalaya, Ciamis, atau Sumedang. Namun, sebaliknya, Bandung juga menjadi tujuan mudik bagi perantau yang bekerja di kota lain seperti Jakarta dan sekitarnya.

Dalam budaya Sunda, ada filosofi “balik ka asal”, yang berarti kembali ke akar atau asal-usul. Mudik bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang merenungkan kembali jati diri, menghargai keluarga, dan menjaga hubungan dengan tanah kelahiran. Momen ini menjadi pengingat bahwa di tengah kesibukan hidup di kota, kampung halaman tetap menjadi tempat kembali, tempat di mana kenangan dan nilai-nilai hidup ditanamkan.

Dengan segala hiruk-pikuknya, mudik tetap menjadi tradisi yang melekat dalam rutinitas masyarakat Indonesia. Di balik perjalanan panjang dan kemacetan yang mungkin terjadi, ada kebahagiaan tak ternilai ketika akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarga tercinta.

Kota Bandung dalam hal ini menjadi tempat mudik para perantau, namun juga di sisi lain ditinggalkan para pemudik yang merantau. Sebagai kota besar dengan mobilitas tinggi, Bandung memiliki beberapa titik utama yang menjadi pusat arus mudik, antara lain:

1. Terminal Leuwipanjang dan Cicaheum
Dua terminal utama ini menjadi pusat keberangkatan bus ke berbagai daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menjelang Lebaran, jumlah penumpang meningkat tajam, dengan bus yang berangkat hampir setiap menit.
2. Stasiun Bandung dan Stasiun Kiaracondong
Kereta api masih menjadi pilihan utama bagi pemudik dari Bandung yang menuju ke arah timur Pulau Jawa. PT KAI biasanya menambah kereta tambahan untuk mengakomodasi lonjakan penumpang yang ingin mudik dengan lebih nyaman.
3. Gerbang Tol Pasteur dan Cileunyi
Bagi pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, jalur tol Cipularang (Bandung-Jakarta) dan Tol Cisumdawu (menuju Sumedang dan sekitarnya) menjadi rute utama. Di titik-titik ini, arus kendaraan biasanya meningkat drastis saat puncak mudik.

Mudik tidak hanya soal perjalanan, tetapi juga persiapan matang agar perjalanan lancar dan nyaman. Banyak warga Bandung yang sudah terbiasa dengan berbagai tips mudik, seperti:
• Membeli tiket jauh-jauh hari untuk menghindari lonjakan harga dan kehabisan kursi.
• Memeriksa kendaraan sebelum mudik, terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi.
• Membawa oleh-oleh khas Bandung, seperti peuyeum, brownies, atau batagor, sebagai buah tangan bagi keluarga di kampung halaman.

Selain itu, bagi yang tidak mudik, Kota Bandung justru menjadi lebih lengang dan nyaman. Jalanan yang biasanya macet mendadak sepi, dan warga lokal bisa menikmati Bandung dengan suasana yang lebih santai.

Anda sendiri bagaimana? Termasuk kaum pemudik ke Bandung, atau pemudik yang meninggalkan Kota Bandung pada Lebaran kali ini? (*)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *