Jurnal Republik – Jakarta. Nama Dedi Mulyadi kembali mencuat usai laporan media Tempo yang menyebut bahwa mantan Bupati Purwakarta tersebut kerap dipanggil “raja” oleh bawahannya. Dalam klarifikasi terbarunya lewat video TikTok, Dedi memberikan respons satir namun penuh makna terkait isu tersebut.
Apresiasi untuk Tempo, Namun Ada Koreksi
Dalam video yang diunggah di akun resminya, Dedi membuka dengan ucapan terima kasih kepada Tempo.
“Terima kasih yah Tempo, yang telah memberikan analisis dan kajian yang mendalam tentang saya. Saya sangat respek dengan apa yang disajikan, karena itu bagian dari proses dinamika demokrasi media dalam mengungkap data dan fakta,” kata Dedi.
Meski begitu, ia menyatakan beberapa poin yang diberitakan tidak akurat dan perlu diluruskan.
Klarifikasi soal Sebutan “Patih” dan “Mahapatih”
Dedi menegaskan bahwa tidak pernah memanggil Sekretaris Daerah (Sekda) dengan istilah “patih” maupun “mahapatih”. Ia menyebut nama tiga Sekda yang pernah bekerja bersamanya: Maman Rosama, Hami Mulyana, dan Haji Fadil Karsoma.
“Sekda saya yang pertama, Maman Rosama, tidak pernah saya sebut mahapatih atau patih,” jelas Dedi.
“Begitu juga Hami Mulyana yang sudah almarhum, dan Haji Fadil Karsoma, tidak pernah ada panggilan seperti itu,” tambahnya.
Tidak Ada Panggilan “Raja” dari Bawahan
Menyikapi tudingan bahwa bawahannya memanggilnya “raja”, Dedi membantah keras.
“Para Sekda dan kepala dinas tidak pernah memanggil saya raja. Bahkan Sekda Jawa Barat sampai hari ini tidak pernah memanggil saya raja,” tegasnya.
Menurut Dedi, istilah “raja” lebih banyak muncul sebagai bentuk guyonan dalam budaya Sunda yang sering kali spontan dan santai.
Humor Sunda yang Disalahpahami Media
Dedi menjelaskan bahwa dalam kultur Sunda, panggilan “raja” atau “panglima” kerap digunakan sebagai candaan akrab antar teman atau kolega, bukan sebagai simbol otoritas feodal.
“Orang Sunda mah suka bercanda. Nyebut ‘raja’ kadang spontan aja. Sama kayak panggilan ‘bos gede’ atau ‘panglima’, itu bentuk keakraban,” katanya.
Ia menyesalkan jika candaan ini kemudian dibesar-besarkan dan diartikan secara serius oleh media.
Siap Ungkap Asal Usul Sebutan “Raja”
Di akhir pernyataannya, Dedi berjanji akan mengundang narasumber yang bisa menjelaskan asal-usul sebutan “raja” tersebut.
“Namun dari manakah nama raja berasal? Nanti wawancara lagi. Saya akan bawa sumbernya ke sana agar dijelaskan,” ungkap Dedi.
Pernyataan ini membuka peluang adanya penjelasan lanjutan yang akan memperjelas sumber informasi itu.
Respons Positif dari Warganet
Video klarifikasi Dedi di TikTok mendapatkan banyak dukungan dan apresiasi dari netizen. Banyak yang memuji sikapnya yang santai namun lugas dalam menanggapi isu sensitif.
“Santai tapi tegas. Kang Dedi memang pemimpin sejati,” komentar seorang netizen.